Sebelumnya beredar video seorang pelesir di wilayah kaki pegunungan Sanggabuana yang menyatakan “kekaguman” atas jembatan Sirnaruju yang dibangun oleh pemerintah Kabupaten Karawang di Desa Mekarbuana Kecamatan Tegalwaru senilai 3,6 miliar. Ia mengatakan jembatan itu terlalu mewah untuk dibangun demi jalan buntu. Sambil berjalan-jalan di sekitar jembatan, ia bertanya-tanya kelebihan jembatan yang kelak menjadi viral belakangan ini.
Saat tulisan ini dibuat, Kamis malam (19/08/21), video yang diunggah oleh akun TikTok @awonk_uha ini telah mencapai satu miliar pemirsa dengan jumlah penyuka tayangan lebih dari lima puluh empat ribu akun. Unggahan video tersebut juga menjadi salah satu konten @awonk_uha yang memiliki komentar publik terbanyak yaitu lebih dari dua ribu. Beberapa akun menanyakan apa sebetulnya yang membuat jembatan itu menjadi mahal, beberapa yang lain menjawab bahwa itu terjadi karena pembangunan infrastruktur dilakukan secara berkala, beberapa yang lain menduga ada pencucian uang di balik proyek jembatan Sirnaruju.
Jembatan itu dibangun dengan menggunakan uang dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) milik pemerintah Kabupaten Karawang. Biaya pembangunan jembatan Sirnaruju itu murni menggunakan dana dari APBD yang dilakukan secara berkala, pada tahun 2017 dan pada tahun 2019 dengan total 3,6 miliar. Saat dikonfirmasi, Sekretaris Dinas PUPR (Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) Asep Azhar menceritakan bahwa sebetulnya pembangunan jembatan tersebut merupakan program jangka panjang untuk membangun akses kepariwisataan, terutama ke Curug Bandung. Bukan sebatas jembatan menuju jalan buntu seperti apa yang menjadi isu liar di masyarakat.
Jembatan dengan panjang sekitar dua puluh meter dan lebar jalan sekitar enam meter itu didahulukan pembangunannya dengan tujuan untuk memudahkan alat berat membangun infrastruktur ke depannya. Misalnya seperti jalan dan rencana pengembangan lainnya di masa mendatang untuk objek wisata Curug Bandung. Ia juga heran mengapa baru sekarang-sekarang ini pembangunan jembatan itu menarik perhatian publik, padahal jembatan tersebut telah rampung di 2019 lalu.
Ia justru heran, mestinya pembangunan jembatan di Rumambe lain mendapat respon yang sama seperti Jembatan Sirnaruju. “Kan lebih besar yang di Rumambe, anggarannya 16 miliar, keburu Covid-19, jadi tertunda.”
“(Aksesnya) masih buntu, engga ada akses ke mana-mana.” Ia menceritakan bahwa tujuan pembangunan itu untuk mempermudah akses bagi wilayah koridor tengah atau permukiman masyarakat. Hal itu dimaksudkan untuk menjangkau area perindustrian yang selama ini hanya bisa diakses oleh dua jalur: Tol Karawang Barat dan Cidomba. Sementara bagian di wilayah Karawang Timur cukup kesulitan mengakses area industri terbesar di Indonesia ini.
Pembangunan infrastruktur di wilayah tersebut sebetulnya berupaya untuk mengurangi bottleneck atau kondisi penyempitan jalan yang menyebabkan kemacetan atau perlambatan arus lalu lintas akibat dari penumpukan pengguna jalan. Dan kondisi tersebut sudah sering terjadi di bagian jalur-jalur tertentu seperti daerah Gorowong, Klari, dan beberapa jalan lainnya yang sering diakses para pekerja.
Masih diceritakan Asep Azhar, karena saat ini semua difokuskan untuk penanganan wabah Covid-19, anggaran untuk pembangunan akses pariwisata di lokasi tersebut, bahkan pembangunan jembatan-jembatan lainnya seperti di daerah Rumambe dan wilayah lain itu harus tertunda. Hemat kata karena anggaran yang terbatas ini membuat pembangunan jembatan, maupun infrastrukur lainnya dilakukan secara bertahap.
Ia juga tak bisa menampik soal kenadaan saat ini, jika kondisi memburuk seperti pada bulan Juli lalu, mau tidak mau semua harus difokuskan untuk kesehatan masyrakat. Seandainya saja kondisi keuangan dan pendapatan sudah bisa dipetakan seperti tahun-tahun sebelumnya, Ia optimis jika kondisi semakin membaik semua pembangunan akan rampung di tahun berikutnya.
Saat ditemui tim Kopipagi.id, Asep Azhar berada di ruang kerjanya di kantor, ia baru selesai melakukan rapat melalui aplikasi Zoom. Setelah menyantap makan siang dan beristirahat sebentar, ia menceritakan bahwa Curug Bandung itu sangat menarik, ia mengakui pernah beberapa kali berwisata ke sana. Namun seperti yang ia katakan, pembangunan ini bertahap karena membutuhkan anggaran dan akan terasa berat, karena sementara ini kesehatan menjadi prioritas yang paling utama.
Saat ditanya mengenai detail pembanguann jembatan itu, sebagai sekretaris di Dinas PUPR, ia mengaku tak tahu betul soal detail pembangunan jembatan Sirnaruju. Tugasnya lebih sering berurusan dengan pengecekan dokumen-dokumen untuk pencairan suatu proyek. Kemudian ia mengarahkan tim Kopipagi.id untuk ke ruangan bidang pembangunan jembatan di ruang yang terpisah. Ia mengarahkan kami untuk bertemu Kepala Bidang (Kabid) Jembatan Dinas PUPR, Wahyu E. Prasetyo.
Tak jauh beda dengan apa yang diceritakan Asep Azhar, Kabid Jembatan Dinas PUPR, Wahyu, mengatakan bahwa jembatan itu dibangun untuk menunjang akses publik ke area wisata. Jembatan itu menjadi titik tolak atau inti pengembangan infrastruktur di Jalan Jayanti untuk penunjang wisata Curug Bandung. Selain itu, saat ini anggaran difokuskan untuk pengembalian kesehatan masyarakt dari pandemic Covid-19.
Ia juga menegaskan bahwa pembangunan itu adalah program jangka panjang, tidak dibangun dengan asal-asalan alias tanpa konsep. Ia bahkan menunjukan konsep Detail Engineering Design (DED) jalan Lingkar Jayanti kepada tim Kopipagi.id.
Saat ini, Jalan Jayanti masih terlihat tampak buntu, walau sebetulnya, masih diceritakan Wahyu, jalan tersebut tidak buntu.
Pembangunan jalannya memang belum tuntas, saat ini baru pengerasan jalan, pada anggaran berikutnya Bidang Jalan di Dinas PUPR akan meneruskan pembangunannya lagi.
Terkait jumlah anggaran yang digunakan untuk pembangunan jembatan Sirnaruju itu tak bisa hanya dinilai dari tampak luarnya saja. Ia menceritakan bahwa biaya yang mahal itu berasal dari penanaman penyangga jembatan yang dalamnya lebih dari lima meter. Hal itu perlu dilakukan untuk menjaga ketahanan dari kondisi-kondisi yang dapat membuat jembatan tersebut roboh.
Wahyu juga memaklumi ramainya spekulasi warganet terkait jembatan Sirnaruju ini berakar dari sosialisasi yang kurang tersampaikan secara menyeluruh. Termasuk pembangunan secara bertahap yang membuat masyarakat terus bertanya-tanya.
Kepala Bidang Jembatan Dinas PUPR ini kemudian menutup percakapan panjang dengan berjanji bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan oleh bidangnya sesuai konsep yang telah disusun dan disepakati.
“Insya Allah mas, kami membangun semuanya sesuai dengan konsep ya.”
Komentar