Kurang lebih dua tahun, kerumunan dilarang. Pertunjukan teater yang sangat memerlukan kerumunan tidak hanya saat pentas, tapi juga saat proses garapan, ikut dilarang. Meski pandemi belum tuntas betul, sedikit demi sedikit pelarangan terhadap kerumunan makin dilonggarkan.
Setelah hampir dua tahun puasa pentas, Komunitas Tanpa Nama akhirnya “buka puasa” dengan menggelar kembali pertunjukan. Pertunjukan ini melibatkan pemuda-pemudi Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang, Karawang. Digelar di Kedai Hoki Pulobata, Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang, Sabtu (20/11).
Tidak tanggung-tanggung, dalam buka puasanya, Komunitas Tanpa Nama menggelar dua pertunjukan sekaligus. Pertama adalah drama bahasa Sunda “Tilu Rampog” karya Abah Sarjang yang disutradarai YS. Mamang. Lalu pertunjukan kedua merupakan tari kontemporer berjudul 38 °C.
“Naskah Tilu Rampog menceritakan bagaimana keserakahan bisa membunuhmu,” kata sutradara pertunjukan ini, YS. Mamang. Tiga perampok yang menggerakkan cerita di atas panggung betul-betul menggambarkan keserakahan manusia.
“Dalam pertunjukan tari kontemporer 38 °C, kami ingin sampaikan bahwa dengan cara ini kami melawan Corona. Sebab wabah pling mematikan adalah kesendirian. Pentas seni ini digelar hanya untuk sekadar mengobati kerinduan,” tutupnya.
Komentar