KopiPagi.ID
  • Telisik
  • Tajuk Rencana
  • Tulisan Pembaca
  • Opini
  • Cerpen
  • Podcast
  • Telisik
  • Tajuk Rencana
  • Tulisan Pembaca
  • Opini
  • Cerpen
  • Podcast
Tidak ditemukan
Lihat semua hasil
KopiPagi.ID
Beranda Telisik

Dewa Buka-Bukaan: dari Hijrah sampai GMPI

Redaksi oleh Redaksi
15 Agustus 2021
A A
Dewa Buka-Bukaan: dari Hijrah sampai GMPI
Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

“Peperangan mengubah kehidupan seseorang,” kata Thomas Shelby, pemimpin dari Peaky Blinders, gangster sekaligus mafia yang digambarkan menguasai Brimingham, Inggris pada tahun 1919. Serial televisi di Inggris yang pertama kali rilis pada tahun 2013 itu telah banyak menggambarkan bagaimana kehidupan pasca Perang Dunia I. Ketakutan, kekalahan, dan teror berkecamuk dalam diri setiap tokoh, tanpa terkecuali bagi Thomas. Nyaris hampir setiap malam ia harus menghilangkan mimpi buruknya tentang perang dan juga segala peristiwa secara mati-matian seorang diri. Peperangan tidak akan pernah selesai, bahkan sekalipun jika ia telah memenangkannya. Tidak akan. Ia masih terus berperang melawan dirinya sendiri sampai bertemu ajal.

Belasan tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi seseorang yang hidup dalam bayang-bayang persitiwa dan akibat dari perang antar kelompok. Jangankan belasan, satu minggu tidak bisa tidur tenang saja sudah jelas bukan main kengerian dan kewaspadaannya. Kita mungkin pernah suatu waktu khawatir mengenai apa yang akan kita terima dari apa yang kita lakukan hari ini, apalagi kalau tindakan kita tak ada kebaikannya sama sekali. Alias apa yang kita lakukan selalu merugikan orang lain kira-kira begitu. Bagaimana jika ketakutan itu kian membesar dan membuat kita merasa telah hilang harapan dan alasan untuk hidup?

Muhammad “Dewa” Sayegi

Bertahun-tahun ia menyerahkan segala hal yang bisa ia korbankan, termasuk darah persaudaraan dan hidupnya sendiri demi satu alasan: organisasi. Ia pernah memimpin ribuan orang dan berhadapan dengan ribuan orang pula demi kekuasaan di suatu wilayah. Saat itu, ia masih menjadi panglima, ia tahu tubuhnya gemetar dan dirinya sendiri ketakutan. Ribuan orang saling berhadapan untuk saling melukai, sudah terbayang belum? Dan kamu ada di barisan paling depan. Seseorang dengan kemungkinan paling besar untuk dilukai lebih awal. Golok, benda yang paling mungkin untuk mematahkan tulang sapi saat Idul Adha itu barangkali hanya satu kali ayunan lengan untuk sampai dan menancap di kepalamu.

Ia hanya bertaruh pada satu hal di sana: kemenangan. Bagaimanapun, segalanya adalah konsekuensi yang diberikan padanya, pada pengikutnya, pada kelompoknya. Ia harus menang, apapun risikonya, apapun yang harus ia bayar demi takdir. Pertarungan itu harus berakhir dan dimenangkan. Meskipun menang, ia sadar masalah utama muncul pascapertarungan. Yaitu: bagaimana cara ia bisa mengakhirinya. Pertanggungjawaban. Ia harus menanggung seluruh beban yang ditimbulkan dari sisa-sisa perang. Pengikutnya, keluarga yang menjadi korban, dan segala masalah-masalah yang tak bisa ia anggap kecil terus turut mengikutinya sampai ia menjadi pemimpin dalam organisasi.

Baca Juga

KONI Karawang Target Masuk 10 Besar di Porprov Jabar 2022

Disparbud Karawang Curhat Anggaran Pemeliharaan Kampung Budaya Ditolak Dewan

Elf Lindas Pemotor di Tamelang, 7 Meninggal, 10 Luka

Polisi Dalami Kemungkinan Korban Dibunuh dalam Kasus Bocah S

Jumat sore lalu, 13 Agustus 2021, mobilnya berhenti di tepian jalan kantor Kopipagi.id. Salah satu di antara mereka yang turun dari mobil itu mengenakan gamis biru dan peci putih. Tumbuh lebat apa yang disebut-sebut dan dianggap sebagai tempat para malaikat dan bidadari bergelantungan di bawah bibirnya. Jenggot lebat dan mengakar di dagu Dewa, seseorang yang sejak tadi kita sebut-sebut.

Semua yang beralih ke tubuhnya, sikapnya, dan segala hal yang kini ia yakini berasal dari rasa syukur. Tuhan datang padanya, bicara dalam manifestasi yang tak pernah ia bayangkan kehadirannya, tiba begitu saja manakala ia selalu terbayang-bayang lubang hitam dalam batinnya yang terus menggerogoti. Ia sadar harapannya untuk hidup normal dan menjalani lakon seperti manusia kebanyakan adalah sebuah kemustahilan. Tapi suatu waktu Tuhan mengundangnya untuk datang ke Makkah. Rasa syukur yang muncul di tanah suci itu membawanya untuk memutuskan diri beralih dari segala yang telah membuatnya besar selama ini. Di sana, ia malu, bahkan lebih-lebih dari yang pernah ia bayangkan, ia telah banyak diberi kebahagiaan tapi masih selalu berlawanan dengan segala aturan dalam agamanya yang selama ini ia yakini. Kini ia berpindah, ia melakukan hijrah dalam hidupnya pada satu Muharram lalu.

Perjalanan itu membawanya untuk terus memperbaiki diri secara perlahan dengan cara yang ia mampu dan lewati. Apapun yang mungkin bisa ia berikan dan lakukan saat ia masih menjadi pemimpin suatu organisasi di masa lalu akan ia lakukan pula demi kebaikan antar sesama manusia. Manakala Kabupaten Karawang tengah digempur habis-habisan oleh pandemi COVID-19, ia sadar betul situasi itu sangat bahaya dan mencekam. Melalui kerabat dekatnya, Wakil Bupati Karawang Ahmad Jimmy Zamakhsyari yang saat itu masih menjabat, ia menyumbangkan sebagian harta yang selama ini ia peroleh untuk membantu pemerintah dalam mengatasi persoalan di tanah kelahirannya.

Muhammad “Dewa” Sayegi

Atas nama kemanusiaan ia ingin masyarakat Kabupaten Karawang dapat bertahan dengan sejumlah uang yang sanggup ia berikan. Ia sendiri tak pernah ambil pusing soal uang satu miliar rupiah yang ia berikan itu dapat dibagikan dan diterima oleh orang yang tepat atau tidak. Dewa hanya mengatakan itu persoalan si penyambung usahanya dengan Tuhan.

Satu miliar bukan jumlah kecil. Dewa memberikan begitu saja uangnya, tanpa ribut-ribut, tanpa gembar-gembor seperti yang terakhir kali kita saksikan di televisi: seseorang memberi dua triliun rupiah kepada pemerintah.

Banyak yang mengira perubahan dan juga mundurnya ia dari posisi sebagai pemimpin suatu organisasi besar itu dianggap sebagai tanda hubungan yang kurang membaik. Ia membantahnya, ia mengatakan hubungannya dengan organisasi yang ia tinggalkan masih terjalin dengan baik. Ia bahkan mengundurkan diri secara resmi dan formal dengan menyampaikannya langsung kepada ketua umum dan pimpinan pusat organisasinya.

Ia sendiri bersyukur organisasi yang sebelumnya telah ia pimpin kini telah menemukan pemimpin baru. Ia hanya berharap organisasinya yang lama dapat kembali stabil dengan cepat dan tetap solid. Dewa sendiri tak sepenuhnya meninggalkan dunia keorganisasian, ia telah belasan tahun hidup dan belajar, serta membuat tali persaudaraan dari sana. Kini ia sendiri memimpin organisasi yang lain, kelompok masyarakat yang lebih mengedepankan kebaikan antar sesama manusia.

Dengan kehidupannya yang sekarang ini Dewa tak pernah terpikirkan untuk turun dalam dunia politik di Kabupaten Karawang. Setiap orang mungkin memiliki mimpi, cita-cita dan keinginan untuk ke sana, tapi baginya saat ini tidak pernah terpikir untuk menulis garis hidupnya dalam buku dan peta politik. Walaupun ia sendiri tak tahu betul, ia hanya akan melakukannya jika itu adalah kehendak dan izin dari Tuhan.

Dewa bercerita, saat itu, pada saat Pilkada berlangsung, baik Jimmy maupun Cellica keduanya adalah sahabat baginya. Ia merekomendasikan Jimmy untuk dipilih hanya karena itu adalah hasil dari musyarawah dan rekomendasi dari organisasi. Itu yang membuatnya saat itu memilih dan terjun untuk memihak seseorang yang akrab disapa Kang Jimmy ini. Ke depannya, bersama dengan organisasinya yang baru, ia sadar bahwa ia pasti terlibat dengan persoalan politik, kini ia akan lebih menekankan sosok pemimpin yang harus hadir mengatasi permasalahan di masyarakat dan memberikan yang terbaik, itu adalah skala prioritas calon pemimpin yang ia akan pilih. Apalagi jika bicara urusannya dengan politik, katanya kira-kira begitu, ia ingin sosok yang amanah untuk rekomendasi dari apa yang organisasinya dukung.

Muhammad “Dewa” Sayegi

Kini Dewa ingin hidup normal, ia juga selalu berpesan kepada adik-adiknya dan juga para kakaknya di organisasi manapun termasuk di Gerakan Militansi Pejuang Indonesia (GMPI) yang kini ia pimpin untuk tetap menjaga silaturahmi, dan persaudaran. Baginya itu adalah modal untuk hidup. Ia berharap semuanya tidak pernah lelah untuk terus bersilaturahmi, sebab baginya, muasal keberkahan, rizki, dan semua yang didapatkan seseorang berasal dari sana.

Muhammad “Dewa” Sayegi, atau kini akrab disapa sebagai “Pak Haji” lahir dan besar di wilayah pesisir laut Karawang, 44 tahun lalu. Ia sadar betul ombak yang tenang tak akan melahirkan nelayan yang tangguh. Kini ia telah memenangkan ratusan gulungan ombak di perahunya, ia tengah berusaha berlayar dalam samudra Tuhan, ia berharap peta langit dari bintang-bintang bisa mengarahkannya pada tujuan dan keberpihakan hidup. (ian)

Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

KONI Karawang Target Masuk 10 Besar di Porprov Jabar 2022
Telisik

KONI Karawang Target Masuk 10 Besar di Porprov Jabar 2022

18 Mei 2022
Disparbud Karawang Curhat Anggaran Pemeliharaan Kampung Budaya Ditolak Dewan
Telisik

Disparbud Karawang Curhat Anggaran Pemeliharaan Kampung Budaya Ditolak Dewan

17 Mei 2022
Elf Lindas Pemotor di Tamelang, 7 Meninggal, 10 Luka
Telisik

Elf Lindas Pemotor di Tamelang, 7 Meninggal, 10 Luka

15 Mei 2022

Komentar

TERPOPULER

  • Satu Meninggal, Begini Kronologi Bentrok LSM di Karawang

    Satu Meninggal, Begini Kronologi Bentrok LSM di Karawang

    0 berbagi
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Polisi Ungkap Lima Tersangka Bentrok LSM, Tentara: Jangan Coba-coba Ganggu Keamanan

    0 berbagi
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Pengusaha Nasi Padang Gor Panatayuda Dibunuh Istri Pakai Jasa Pembunuh Bayaran

    0 berbagi
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Guru SD di Karawang Kulon Keguguran Diduga Karena Kekerasan Fisik dari Orangtua Murid

    0 berbagi
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Dua Anggota Ormas Diserang Orang tak Dikenal di Alun-alun, Satu Meninggal, Satu Kritis

    0 berbagi
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Tentang Kopipagi.ID
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Iklan & Kerjasama
  • Karir

© 2021 kopipagi.id. All rights reserved

Tidak ditemukan
Lihat semua hasil
  • Beranda
  • Iklan dan Kerjasama
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi Kopi Pagi
  • Telisik

© 2021 kopipagi.id. All rights reserved

Jangan ditiru