Ketakutan, getir, kesedihan, dan apapun nama keadaan yang menguras emosi setiap manusia saat ini, manusia masih tetap harus menanggung beban sendiri. Entah bagaimana keadannya sekarang, posisinya di mana, kepada siapa ia sekarang bergandengan tangan.
Baik Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), mulai dari tahap dan level satu hingga entah tahap dan level berapa kali ini, sampai ke hal kecil seperti pembelian masker dan penyanitasi tangan, telah lebih dari setahun pandemi Covid-19 ada di Karawang.
Melemahnya daya beli, munculnya ketidakpastian mengenai berakhirnya persebaran virus, dan harga komoditas yang menurun adalah salah satu puncak gunung es dari deretan permasalahan yang dihadapi para pelaku usaha di bidang kuliner.
Cara berinteraksi, kebutuhan primer setiap orang, pola transaksi jual beli, masalah di atas tadi dan belum lagi segala hal yang tak terlacak dan berhubungan dengan hajat hidup manusia. Semua itu secara singkat menggeser arah laju dan langkah setiap manusia yang hidup dari berjualan makanan dalam satu tahun terakhir ini.
Di luar sana seseorang mungkin mendapati dirinya tiba-tiba terseret ombak kegagalan dalam hidup. Seseorang yang lain mungkin berhadapan dengan tepi jurang untuk bertahan hidup. Ia harus melakukan segala hal untuk bisa berada di daratan yang lain.
Setidaknya perlu persiapan diri dan banyak akal bagi seseorang maupun pebisnis kuliner secara kelompok dalam keadan ini seperti apa yang dikatakan Lingga Putra Pratama, pemilik dari Ayam Asix cabang Karawang. “Bisnis itu kan butuh banyak strategi. Sekarang kan kebiasan berdigital makin gila. Kita enggak bisa pakai cara konvensional lagi.”
Bertahan di masa pandemi ini bukan hal yang mudah, barangkali seseorang di luar sana sudah banyak mengorbankan banyak hal agar bisnisnya tetap berjalan hingga sekarang ini. “Kita jadi harus ngakalin, posisi seperti ini, apalagi di usaha baru merintis. Gimanapun caranya, karyawan harus bisa bertahan.”

Seperti yang ia sebutkan, “Ada beberapa kaki yang harus dikuatkan”, mulai dari media sosial, selebgram, endorse, dan segala bentuk promosi adalah salah satu jalan keluar untuk menyeberang ke daratan lain tadi. Meski ia banyak mengalami kesusahan, sampai sekarang ini Ayam Asix belum pernah memecat karyawan.
Belakangan ini ia harus berpindah dari tempat muasalnya berjualan untuk proyek bertahan hidup karena selama PPKM menghajar ia merasa tak bisa mencapai target di bulan Mei-Juni lalu. Pembelajaran pengelolaan bisnis kuliner ini banyak membawanya pada apa sebut sebagai “boncos” atau bisa juga diartikan juga dengan rugi. “Terbukti kan aku pindah. Tapi semua kan butuh proses, jadi tahu celah dan strategi.”
Pengalaman semasa perkulian, mulai dari main band sampai berproses dalam event organizer, membuatnya memahami cara-cara kerja manajemen yang efektif. Efek dari praktisi kreatif ini juga banyak mendorongnya bisa bertahan di masa-masa pandemi. Mulai dari menyusun strategi marketing, membuat konten kreatif, promosi, sampai ke kiat dan taktik menguasai pasar secara digital ini banyak ia temukan setelah berproses setahunan bersama Ayam Asix.
Selayang Pandang Ayam Asix
Tak jauh setelah menikung dari bibir Jalan Arteri Galuh Mas ke Ruko City Walk Blok 9A nomor 08, gambar ayam bertubuh besar dengan bando di atas kepala. Tampak jelas terlihat tulisan “Ayam Asix, Ada Cinta Di Setiap Rasa”.
Kecuali hari Senin karena tutup, Ayam Asix mulai menerima pesanan sejak pukul sepuluh pagi hingga pukul sepuluh malam juga. Itu terjadi jika situasi berjualan sudah normal. Jam tutup penerimaan pesanan ini yang bergantung pada kebijakan Presiden seperti apa yang dikatakan Lingga. “Tergantung Jokowi ajalah. Ikut aja, hayu. Biasanya jam sepuluh juga tutupnya kalau normal. Kadang jam tujuh udah dibubarin, ya ngikut ajalah. Ini soalnya kan projek bertahan hidup.”
Perbedaan yang paling kentara antara Ayam Asix dengan restoran ayam-ayam lainnya selain rasa ayam dan bumbu tepungnya yang kaya, rasa variasi sambal pilihan yang disajikan, apalagi sambal original. Betulan ada cinta di setiap rasa. Entah seperti apa resep bumbunya, hematnya pedasnya tidak tertinggal di tenggorokan. Dan itu membuat seseorang bisa menjadi lebih nyaman. Kalaupun seseorang kurang menyukai makanan pedas, sepotong ayam ini, sekali gigitan bisa bikin kamu inget masakan orang-orang yang kamu sayang. Betul-betul ada cintanya di sana.
Tentu saja, selain karena hal di atas tadi, alasan mengapa anak sekolah, pekerja kantoran, pegawai pabrik, sampai ke komunitas dan rapat pejabat pesan makanan di Ayam Asix ini karena harganya yang relatif murah. Delapan belas ribu rupiah, sudah termasuk sepotong ayam, nasi, dan minuman, bisa diantar pula tanpa perlu aplikasi ojek online. Pegawainya siap anterin sampai depan rumah kamu tanpa biaya.
Di luar itu, ini juga bagian yang penting dari setiap pesanan pelanggan, pelanggan sekaligus bersedekah melalui pesanan. Setiap Jumat, tim dari Ayam Asix mendistribusikan langsung ke panti asuhan Rumah Harapan atau kepada tunawisma. Setiap pelanggan bisa ikut turut saling bantu dan memperbanyak pahala.
Baik Lingga maupun Ayam Asix bisa kamu temui kecuali pada hari Senin, sebab selain itu adalah jadwal karyawan libur, tentu saja restonya tutup. Kalau beruntung dan bisa bertemu, kamu bisa bicarakan apapun, dari skena musik Indonesia, strategi bisnis bagi UMKM, sampai ke hal yang terasa serius, skripsi anak-anak ilmu agribisnis. Mengenal orang baru ialah salah satu dari kegiatan yang menyenangkan dirinya karena bisa terus-menerus keluar dari zona nyaman. Lebih beruntung lagi kalau sekali waktu kamu bisa ketemu Anang dan Ashanty di sana, sebab mereka ambassador Ayam Asix.
Komentar