Empat nama diprediksi kuat akan mengikuti kontestasi Pilkada Karawang 2024 nanti sebagai calon Bupati Karawang. Wakil Bupati Karawang Aep Syaepuloh, politisi Gerindra sekaligus anggota DPRD Jawa Barat Gina Fadlia Swara, Sekretaris Kabupaten Karawang Acep Jamhuri, dan mantan Wakil Bupati Karawang sekaligus kontestan Pilkada 2020 Ahmad Zamakhsyari.
Politisi senior sekaligus mantan Ketua DPD PAN Karawang Bambang Maryono mengatakan, keempat nama tersebut memang belum terang-terangan mendeklarasikan diri sebagai kandidat. Namun, ada gelagat ke sana. Gelagat tersebut terlihat jelas dari manuver orang-orang di lingkaran mereka.
“Kita bisa lihat dan petakan dari orang-orang yang selama ini dikenal dekat dengan empat nama ini. Lewat ini, kita bisa baca ke depan siapa-siapa saja yang akan maju sebagai calon. Kita memang belum bisa melihat atau memastikan pencalonan mereka, namun gerak-gerik orang-orang di sekeliling mereka sudah pasti bisa dibaca,” kata tim sukses tiga kali Pilkada ini kepada redaksi Kopipagi.id.
Pada beberapa kesempatan, Ahmad Zamakshyari atau akrab disapa Jimmy menyatakan keinginannya untuk nyalon lagi di Pilkada 2024 nanti. Selain Jimmy, tiga nama lain masih malu-malu. Namun tidak dengan orang-orang di lingkaran mereka.
Satu yang pasti, Pilkada Karawang akan diselenggarakan pada 2024 nanti, berbarengan dengan pemilihan umum serentak. Itu berarti, tahapan pemilu sudah dimulai sejak 2022 awal. Beberapa bulan lagi dari hari ini.
“Tahun 2022 nanti, sudah bisa terbaca siapa calonnya. Karena menurut saya, tahun 2022 itu kunci,” sambungnya. Di tahun itu, para kandidat harus mulai menunjukkan keberpihakan ke partai. Sehingga di tahun 2023, partai membalas keberpihakan itu dengan surat dukungan dan usungan. Seperti diketahui, para pasangan kandidat wajib mengantongi dukungan minimal 10 kursi di legislatif untuk bisa lolos sebagai bakal calon bupati/wakil bupati.
“Nama-nama yang berpotensi maju tadi, dalam rentang waktu 2022-2023 menuju 2024, dia menunjukkan keberpihakan kepada partai, maka sangat mungkin partai itu akan memberikan dukungan politik untuk maju di Pilkada.”
Bambang membaca, para ketua partai agak berat untuk melenggang sebagai kandidat bupati. Apalagi independen.
“Porosnya itu ada tiga atau empat. Ketua partai paling nanti berebut di calon wakil bupati.”

Aep Syaepuloh: Sang Petahana
“Haji Aep ketika maju sebagai kandidat bupati maka perlu memastikan siapa pasangan yang bisa mendongkrak elektoral dia, jika Acep Jamhuri berhasil menyakinkan Gina Swara sebagai wakilnya. Pun sebaliknya, apabila Haji Aep berhasil menyakinkan Gina Swara sebagai wakil bupatinya, maka Acep Jamhuri harus memastikan pasangannya bisa mendongkrak elektoralnya, kalau tidak, maka nanti menjadi lebih berat,” kata Bambang ketika kami tanyai soal winning condition Aep Syaepuloh.
“Ketika salah satu (Aep Syaepuloh atau Acep Jamhuri) berhasil menyakinkan politisi Gina Swara, masih ada politisi lain yang menurut saya punya kemampuan mendekati itu. Politisi yang sudah cukup berpengalaman, misalnya Ahmad Zamakhsyari. Tentu saja kalau kemudian empat kandidat ini menjadi dua pasang, akan menjadi pertarungan yang menarik dan luar biasa. Tetapi ketika empat nama ini tidak mengkristal jadi dua pasangan, dan di antaranya kemudian bisa menjadi tiga atau empat pasangan, maka nama-nama lain di luar empat nama ini bisa jadi pertimbangan,” sambungnya.
“Misalnya di Golkar ada Sukur Mulyono. Diakui atau tidak, Golkar adalah partai yang sudah sangat stabil dan memiliki perolehan kursi cukup besar di parlemen. Peluang Sukur Mulyono untuk jadi kandidat bakal calon wakil bupati tentu sangat besar. Kemudian ada Pipik (Taufik Ismail), Ketua PDIP Karawang. Anak muda yang memiliki potensi luar biasa, setiap hari terus bergerak, dan saya pikir dia ini juga menjadi rising star politisi di Karawang. Oleh karena itu dia sangat layak kita masukkan sebagai kandidat bakal calon wakil bupati. Jangan lupa juga ada Demokrat. Pasca-Cellica, kita lihat siapa yang jadi ketua DPC Partai Demokrat. Bisa nama lain, atau bisa jadi masih dipegang kembali oleh Cellica. Kalau Cellica masih pegang ketua DPC, maka kunci masih ada di dia. Tapi ketika nanti ketua DPC-nya baru maka siapapun itu pasti dia akan merajut asanya untuk tetap bisa menjadi bagian dari kontestasi Pilkada yang akan datang.”
Prediksi Bambang, Nasdem akan tetap setia di sisi Aep. Karena selama ini, hubungan Aep dengan Nasdem masih harmonis. Pun hubungan Aep dengan PKS, partai yang mengusungnya di Pilkada 2020 lalu. Kemungkinan besar dua partai ini akan kembali mengusung Aep. PKS-Nasdem memiliki total delapan kursi di parlemen. Skenario yang mungkin terjadi adalah mencari kandidat dari partai lain untuk menggenapi syarat minimal 10 kursi di parlemen.
“PKS dan Nasdem delapan kursi, tentu saja tidak cukup. Oleh karena itu mereka perlu bargaining dengan partai lain. Sehingga Nasdem dan PKS jd satu paket sembilan kursi mengusung bakal calon bupati, dan wakilnya cari dari partai lain.”
Gerindra tentu tegak lurus dengan Gina, namun Acep Jamhuri dan Jimmy bukan kader partai. Acep Jamhuri adalah seorang birokrat yang sudah tentu dilarang berpartai, sedangkan Jimmy, per Mei 2021, menyatakan keluar dari PKB. Acep dan Jimmy harus duduk di atas kendaraan partai atau maju dari jalur independen.
Bambang menyarankan Aep Syaepuloh agar membuka ruang komunikasi dengan partai lain di samping tetap intens berkomunikasi dengan Nasdem. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi bila Saan Mustofa memutuskan untuk terjun ke kontestasi Pilkada di menit-menit akhir.
“Dalam dua tahun ke depan, harus dipastikan gerak-gerik Kang Saan. Apakah Kang Saan pada akhirnya nanti memutuskan untuk nyalon atau tidak. Karena biar bagaimanapun, Kang Saan adalah mantan calon bupati. Ketika Saan tidak nyalon di DPR RI dalam Pileg nanti, bisa jadi dia akan maju di Pilkada. Jangan sampai pas waktunya, tiba-tiba Nasdem mengusung calon bupati sendiri. Nanti kelabakan di akhir,” katanya.
Meski sama-sama berangkat sebagai petahana, pertarungan Cellica Nurrachadiana pada Pilkada 2015 dan 2020, beda dengan pertarungan Aep di Pilkada 2024.
Sekira tujuh tahun lalu, Cellica maju sebagai petahana berpasangan dengan Jimmy. Status petahana yang disandang Cellica ketika itu beda jauh dengan status petahana yang disandang Aep di Pilkada 2024. Pada Pilkada 2015, Cellica sebagai petahana Plt bupati mencalonkan diri sebagai bupati. Sedang di 2024, status Aep adalah petahana wakil bupati yang mencalonkan diri sebagai bupati. Keduanya, baik Cellica mau pun Aep sama-sama diuntungkan oleh status petahana, namun Cellica full power, Aep tidak powerful.
“Waktu itu Cellica maju sebagai petahana Plt bupati, dan ketika itu tidak ada wakil bupati. Beda. Jadi praktis hampir dua tahun, Cellica sudah keliling sebagai Plt bupati. Jadi palu (kebijakan) ada di tangannya. Tapi besok Pilkada 2024, Aep posisinya wakil, tidak pegang palu. Beda case, lebih sulit Haji Aep saat ini,” kata Bambang yang pernah menjabat sebagai ketua tim pemenangan Cellica-Jimmy pada Pilkada 2015 lalu.
Ketika Cellica naik sebagai Plt setelah Bupati Ade Swara berurusan dengan kasus hukum, popularitasnya langsung melompat naik berdasarkan hasil survei. Elektabilitasnya juga naik.
Dari awal, Cellica sudah populer sebagai Plt bupati. Sebagai petahana bupati yang benar-benar tanpa rival dari petahana lain, Cellica bisa menggerakkan program yang diklaim sebagai prestasinya. “Misalnya kita sekarang pencapaian A, tahun depan dianggarkan lagi untuk program yang sama. Kalau terpilih kembali, program itu tinggal diteruskan. Cara ini berhasil menyakinkan publik. Setidaknya menyakinkan unsur pelaksana pemerintahan di tingkat desa sehingga aparatur desa menjadi bagian tidak terpisahkan untuk kemenangan Cellica-Jimmy secara tidak langsung, karena programnya sampai.”
Ditambah, Cellica mampu menempatkan dirinya sebagai representasi perwakilan perempuan. “Meski pencitraan, Cellica bisa menunjukkan ini sampai ke level paling bawah. Dia bisa makan bakso di pinggir jalan tanpa kesan dibuat-buat.”
Cellica juga punya kekuatan finansial. Empat faktor itu (popularitas, program petahana, citra, dan finansial) yang membawa Cellica memenangi kontestasi Pilkada 2015 dan 2020.
“Haji Aep bisa menggunakan empat faktor itu, tapi perlu kerja keras untuk bisa mendapatkan hasil maksimal,” sambung Bambang.
Dukungan secara tidak langsung dari ASN pun tidak akan utuh ke Aep Syaepuloh ketika Acep Jamhuri juga maju sebagai kontestan. Kondisi ini berbeda dengan Pilkada 2020 dan 2015, di mana dukungan tidak langsung dari ASN bulat ke petahana Cellica Nurrachadiana.
Soal klaim program, Aep tidak akan maksimal mengingat posisinya sebagai wakil. Berhasil atau tidaknya sebuah program, masyarakat akan berpersepsi kalau bupati yang membuat program. “Jadi Aep tidak bisa klaim sepenuhnya, paling hanya bisa klaim kemarin teh Cellica membuat program ini, nanti akan saya lanjutkan. Kalau dulu kan (Pilkada 2015), Cellica tidak begitu karena posisinya sebagai petahana bupati.”
Bila betul Aep berkeinginan maju sebagai kontestan, Bambang berpesan agar ia memaksimalkan sisa waktu jabatan. Dua tahun ke depan ini, Aep harus membuktikan bahwa dia ada bukan untuk menutupi kekurangan bupati dan melengkapi bupati sebagai pasangan. Aep harus bisa mengambil porsi, menempatkan diri dalam posisi yang tepat sehingga publik melihat sosoknya pantas sebagai bupati.
“Aep harus berani keluar dari bayang-bayang bupati, tetapi di sisi lain, dia tidak boleh lepas dari bayang-bayang itu mengingat posisinya sebagai wakil bupati. Jadi di satu sisi dia harus loyal kepada bupati sebagai pasangannya, tetapi di waktu yang sama dia harus mampu mengambil celah untuk men-declare dirinya agar publik tahu bahwa dia punya kapasitas, kemampuan, kelayakan, kecakapan diri untuk jadi bupati. Panggungnya ada, tinggal sekarang Aep bisa memanfaatkan panggung itu atau tidak. Satu sisi panggung dia sebagai wakil bupati, sisi lain panggung dia bisa ambil untuk menyakinkan publik bahwa dia layak sebagai bupati yang akan datang,” kata mantan Ketua DPD PAN Karawang ini.
Gina Fadlia Swara: Kuda Hitam dari Cilamaya
Di panggung politik, modal Gina nyaris seperti Cellica. Selain sama-sama perempuan, kemampuan pidato Gina saat ini sudah menyamai Cellica. Dia piawai menguasai forum, mampu berkomunikasi dengan masyarakat sama baiknya dengan Cellica. Cellica dan Gina sama-sama memiliki pendukung setia.
Dengan Aep Syaepuloh, Gina pun tidak takluk. Kekuatan logistik Aep dan Gina sama kuatnya. Bahkan prediksi Bambang, pasangan Aep dan Gina di Pilkada 2024 adalah mimpi buruk bagi kontestan lain.
Catatan redaksi, trah Swara bukan bocah kemarin sore dalam urusan pemilu. Nama Ade Swara sudah muncul sejak belasan tahun lalu pada Pilkada 2005. Pada Pilkada pertama yang melibatkan rakyat Karawang sebagai pemilih, Ade Swara berpasangan dengan Endang Rachmat. Meski kalah, tapi trah Swara memiliki ketangguhan yang seharusnya dimiliki politisi: sikap tidak kenal menyerah meski kalah berkali-kali. Kekalahan itu dijadikan Ade Swara sebagai modal pengalaman untuk melenggang di kontestasi berikutnya. Berpasangan dengan Cellica Nurrachadiana, Ade Swara memenangi kontestasi Pilkada 2010.
Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Bakat politik Ade Swara menular ke putrinya, Gina Swara. Bambang menyatakan, kunci kemenangan Pilkada 2024 ada pada Gina Swara. Gina terbukti dua kali memenangi pemilu legislatif. Ia dua periode anggota DPRD Jawa Barat dari partai Gerindra.
“Pileg pertama raihan suaranya mencapai ratusan ribu suara. Suara milik pribadi. Tapi saat itu orang mungkin menyangsikan karena ada faktor Ade Swara di sana. Namun di Pileg kedua, saat kedua orangtuanya sedang menjalani hukuman di Sukamiskin, Gina meraih ratusan ribu suara juga. Itu sebuah ukuran bahwa Gina punya jaringan kuat, di samping faktor partainya sedang naik daun,” tegas Bambang.
Kemenangan akan jadi milik Aep Syaepuloh atau Acep jamhuri bila berhasil meminang Gina Swara sebagai wakilnya. Sementara dengan Jimmy, kata Bambang, bila Jimmy mau jadi wakilnya Gina, peluang kemenangan para kandidat jadi merata sama besar.
Bambang menganalisa, absennya Gina dari manuver politik Pilkada Karawang lebih karena faktor Ade Swara yang baru saja bebas dari Sukamiskin. “Gina punya jaringan, tabungan politik sudah mumpuni, tabungan finansial tidak diragukan. Gina itu paket komplet. Diakui atau tidak, Gina punya garis keturunan mantan bupati yang pasti punya loyalis. Loyalis yang masih berharap trah keluarga itu kembali manggung.”
Namun tentu saja ada kelemahan dari sosok Gina. Selain konstituennya, publik belum banyak mengenalnya. Karena Gina belum pernah melakukan aktivitas politik yang berkaitan dengan Pilkada.
Seandainya Gina bisa memaksimalkan dirinya sebagai figur perempuan, mengingat Karawang tidak begitu punya stok politisi perempuan, Gina akan jadi lawan berat. “Ditambah kalau dia memanfaatkan panggung besar yang dia miliki sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat lewat program, dia turun ke bawah lewat reses yang dimaksimalkan.”
Acep Jamhuri: Sang Petahana dari Unsur Birokrat
“Kalau Acep Jamhuri, dia sudah lebih matang. Dia birokrat lama, yang dalam tanda petik agak politis. Kan ada juga PNS yang sama sekali tidak mengikuti perkembangan politik. tetapi, Acep Jamhuri adalah birokrat yang sangat mengikuti perkembangan politik. Acep Jamhuri dari sisi finansial tidak kurang-kurang amat, dia memiliki kemampuan logistik untuk mengikuti Pilkada,” kata Bambang.
Acep Jamhuri bisa dibilang sebagai lawan terberat Aep Syaepuloh, selain Gina Swara. Keduanya sama-sama “petahana”. Aep petahana wakil bupati. Acep “petahana” sekretaris daerah. Sebagai sama-sama “petahana”, Acep sangat bisa membelah dukungan birokrat di Pilkada nanti.
“Sekretaris daerah memang bukan jabatan politik, tapi jabatan ASN tertinggi di Karawang. Tentu saja Acep jamhuri punya power (dari jabatan ini). Juga punya jaringan yang bisa digerakkan. Apalagi Acep pernah jadi lurah dan camat. Dia punya pengalaman empirik memimpin masyarakat di teritorial kelurahan dan kecamatan,” kata Bambang.
Tidak banyak yang dibahas Bambang dari sosok Acep Jamhuri. Sebab Acep bukan seorang politisi. Ia tidak punya rekam jejak politik. Ia birokrat tulen.
“Untuk Acep Jamhuri. Selama dua tahun ke depan, harus tetap menunjukkan loyalitasnya ke bupati dan wakil bupati. Di samping itu, dia juga harus mendapatkan celah di panggung untuk menunjukkan dirinya ke publik,” katanya.
Nilai jual Acep adalah pengalamannya sebagai birokrat. Publik kemudian menilai, bila birokrat seperti Acep diberi kesempatan memimpin eksekutif, ia tidak perlu belajar lagi soal tata birokrasi. Hanya perlu belajar mengolah kemampuan poltiknya.
Catatan redaksi, bukan kali ini saja Acep Jamhuri digadang-gadang jadi kandidat Pilkada Karawang 2024. Saat ia menjabat sebagai camat, sampai kepala dinas, nama Acep Jamhuri selalu masuk bursa. Pilkada 2020, nama Acep Jamhuri juga masuk bursa sebagai kandidat pendamping petahana Cellica Nurrachadiana.
Ahmad Zamakhsyari: Sulit Dapat Tiket
Pertengahan tahun ini, Jimmy memilih hengkang dari PKB Karawang setelah jabatannya sebagai ketua digantikan anggota DPRD Jawa Barat Rahmat Hidayat Djati. Jimmy kehilangan kesempatan mengendarai PKB sebagai kendaraan politik di kontestasi Pilkada.
Seberapa kuat Jimmy seandainya memilih jalur independen?
“Independen bisa memungkinkan dia maju. Tapi untuk menang melalui jalur independen sangat berat. Pengalaman empirik menunjukkan beberapa calon independen kita begitu berat mengimbangi kandidat yang diusung oleh partai politik di Pilkada Karawang. Tapi Jimmy layak dihitung sebagai poros kekuatan di Pilkada, karena Jimmy punya tabungan di Pilkada kemarin, Jimmy bisa start dengan tabungan itu,” kata Bambang.
Namun Bambang sangat mengapresiasi kemampuan Jimmy. Apa-apa yang berada dalam diri Jimmy disebut sebagai paket komplet seorang politisi.
“Jimmy itu putra daerah, anak kiai, kemampuan orasi bagus, penguasaan materi bagus, jaringannya cukup, hanya kelemahan utamanya Jimmy itu seringkali emosional dan kurang bisa mengendalikan diri,” sambungnya.
Publik perlu melihat intensitas gerakan politik yang dilakukan Jimmy dalam satu tahun sampai dua tahun ke depan. Ia perlu diperhatikan.
“Jimmy sudah matang secara politik. Dia mantan wakil bupati, mantan calon bupati. Tinggal Jimmy memastikan partai mana nanti yang akan mengusung dan mendukungnya. Apakah masih PKB atau ada opsi partai lain. Dan bagaimana nanti Jimmy menggerakkan mesin politiknya karena semua itu terkait dengan biaya politik,” katanya.
Suara Demokrat: Kemungkinan Poros Lain
Partai Demokrat adalah lawan pilih tanding di Kabupaten Karawang. Demokrat mengamankan sembilan kursi legislatif pada Pileg 2019. Terbanyak pertama. Pucuk pimpinan eksekutif dan legislatif di Kabupaten Karawang dipegang kader Demokrat. Dominasi partai ini begitu besar. Demokrat berpotensi mengubah peta politik sekali saja melakukan manuver politik.
Kelemahan partai ini–kalau boleh disebut kelemahan–adalah absennya suksesor Cellica Nurrachadiana.
“Ada gap dengan Cellica, tapi sebetulnya bukan gap. Karena Cellica petahana jadi kesannya ada gap yang jauh. Saat ini kan kemampuan kader di bawah Cellica setara, ada plus dan minusnya,” kata Bambang ketika ditanya prediksi suksesor Cellica Nurrachadiana untuk Pilkada mendatang.
Adanya gap ini membuat kader Demokrat tidak pede maju kontestasi Pilkada sebagai kandidat bupati. Bambang mengatakan, akan ada dua skenario yang muncul seandainya Ketua DPC Demokrat berikutnya bukan Cellica Nurrachadiana. Pertama, ketua yang terpilih nanti akan dimajukan sebagai kandidat bupati atau wakil bupati. Kedua, Ketua DPC tidak maju, namun kader Demokrat lain melalui jalur kompetisi internal akan dimajukan sebagai kandidat.
“Jadi untuk Demokrat, kita lihat dulu hasil Muscabnya siapa jadi ketua DPC pasca-Cellica. Apakah masih Cellica atau tidak. Saya kurang yakin kalau Cellica lagi, tapi ada kemungkinan bisa jadi Cellica lagi. Kalau Ketua DPC sudah terpilih, dia pasti mengukur dirinya dengan nama-nama yang akan maju nanti, dia mampu bersaing atau tidak. Kalau tidak, dia ambil posisi wakil. Tidak ada yang tidak mungkin dalam politik, karena keputusan politik itu terjadi setelah sekian menit sebelum pendaftaran ditutup,” sambung Bambang.
Siapa pun calon yang diusung Demokrat akan mendapat keuntungan didukung langsung oleh Cellica Nurrachadiana. “Karena Cellica sebagai kader Demokrat, secara moral dan etik pasti akan mendukung calon yang diusung partainya.”
Bambang memprediksi empat sampai lima nama yang bakal bertarung untuk kursi Ketua DPC Demokrat. Yaitu Deddy Indrasetiawan, Oma Miharja Rizki, Pendi Anwar, dan Zaenal Arifin.
“Zaenal, Oma, Pendi, Deddy. Empat nama ini, bisa kemungkinan masuk tambah satu nama lagi yaitu Budianto. Saya kira lima nama ini sering kita dengar sedang didiskusikan di internal Demokrat dan punya potensi jadi Ketua DPC,” kata Bambang. Cellica Nurrachadiana akan mengawal ketat jalannya Muscab, bahkan mungkin sudah mengantongi calon nama penerusnya. Tanpa restu dari Cellica, Demokrat bakal terbelah.
Jawaban para Kandidat
Aep Syaepuloh tidak memberikan jawaban terkait ini. Redaksi juga sudah mencoba menghubungi Ketua DPD Nasdem Karawang Dian Fahrud Jaman, namun yang bersangkutan tidak membalas pesan redaksi.
Sementara itu, Gina Fadlia Swara memberikan jawaban singkat melalui pesan WhatsApp. “Maaf untuk hal Pilkada, saya belum berkenan diwawancara saat ini. Untuk saat sekarang, saya masih fokus di DPRD. Terima kasih.”
Acep Jamhuri ketika dikonfirmasi redaksi perihal ini, mengatakan, “Jangan dulu memunculkan yang belum musim. Nanti takut salah penafsiran, malah jadi konflik. Malah jadi kurang bagus. Biar saja berjalan. Nanti seiring dengan perkembangan, mungkin akhir tahun depan, awal tahun 2023, sudah kelihatan. Kalau sekarang masih jauh. Nanti kalau misalnya diramai-ramaikan saya mah tidak tahu mau nyalon, atau tidak. Saya belum ada kepikiran ke sana. Saya menikmati dulu, mensyukuri yang ada. Saya tidak berpikir mencari panggung, saya jalani yang ada dulu saja. Orang yang ngomong itu (jadi kandidat) bukan saya, tapi orang lain. Saya tidak ngomong. Saya dibuat tidak nyaman dengan seperti itu. Setiap Pilkada saya selalu digadang-gadang. Dari zaman jadi Camat, jadi Kasatpol PP, di Disbudpar, di Bina Marga, sudah beberapa kali di Pilkada nama saya diramaikan terus. Tapi kenyataannya saya tidak nyalon.”
Sementara itu, Ahmad Zamakhsyari kepada redaksi mengatakan, “Alhamdulillah terima kasih mudah-mudahan ada izin Allah. Terlalu prematur (kalau bicara Pilkada Karawang sekarang), yang pasti saya hari ini rajin memelihara silaturahmi dengan masyarakat, baik yang kemarin mendukung saya atau pun tidak. Saya maju lewat jalur partai, oke. Independen oke.”
Harta Kekayaan
- Aep Syaepuloh melaporkan harta kekayaan senilai Rp391.744.609.664 di LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara) per 31 Agustus 2020.
- Gina Fadlia Swara melaporkan harta kekayaan senilai Rp4.005.675.195 di LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara) per 31 Desember 2020.
- Acep Jamhuri melaporkan harta kekayaan senilai Rp21.820.226.720 di LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara) per 31 Desember 2020.
- Ahmad Zamakhsyari melaporkan harta kekayaan senilai Rp13.478.221.536 di LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara) per 31 Desember 2020.
Komentar