KopiPagi.ID
  • Telisik
  • Tajuk Rencana
  • Tulisan Pembaca
  • Opini
  • Cerpen
  • Podcast
  • Telisik
  • Tajuk Rencana
  • Tulisan Pembaca
  • Opini
  • Cerpen
  • Podcast
Tidak ditemukan
Lihat semua hasil
KopiPagi.ID
Beranda Tajuk Rencana

AFF, Sepakbola, dan Persika Karawang

Redaksi oleh Redaksi
3 Januari 2022
A A
AFF, Sepakbola, dan Persika Karawang
Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

“Kenapa kamu masih dukung Persika?” kata saya kepada seorang kawan. Dia penggemar Persika—klub sepakbola asal Karawang berusia 70 tahun—dari garis paling keras.

Kawan saya mendelik, berusaha percaya pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut saya, seorang pimpinan redaksi kopipagi.id sekaligus pemegang sertifikasi wartawan utama dari Dewan Pers. Saya tidak begitu paham sepakbola. Pengetahuan saya hanya sampai tingkat aturan dasar sepakbola. Itu pun saya peroleh dari Winning Eleven dan mata pelajaran olahraga di sekolah.

Keawaman saya dalam sepakbola sudah sampai tingkat di mana saya selalu kalah tiap kali main Winning Eleven, bahkan ketika melawan komputer di level paling mudah sekali pun. Demi menutupi rasa malu, waktu kecil saya pernah sesumbar kepada kawan-kawan di tongkrongan, bahwa ketika kita memainkan mode karier di gim sepakbola pada level paling sulit, kita akan bertemu raja di ujung petualangan. Barangsiapa pemain yang mengalahkan raja dengan skor 10-0—tidak boleh lebih, apalagi kurang—akan diberi hadiah pemain legendaris sebagai ganjaran. Statistika pemain legendaris itu semuanya mentok di angka 100, bisa dimainkan pada posisi apa saja, dan tidak pernah kehilangan moral. Tentu saja kawan-kawan saya cepat menyadari bualan saya. Selain polisi di GTA, tidak mungkin ada karakter yang standar moralnya selalu tinggi. Hanya polisi di GTA yang responsif, cepat, menolong siapa saja tanpa viral dulu, tanpa si korban harus membuat laporan. Coba saja kamu menghantam orang random di GTA, dalam hitungan detik, polisi akan datang mencarimu. Saya curiga, kebaikan polisi GTA disebabkan oleh ketiadaan polisi tidur di jalanan dunia GTA. Bagaimana tidak, jalanan dunia GTA yang mulus, lancar, cocok buat kebut-kebutan itu sama sekali tidak dipasangi polisi tidur. Tidak ada gajlukan. Kalau di Indonesia kan banyak polisi tidur. Polisi tidur.

Di masa kecil, saya sering main bola, terutama di masa ideologi “bola adalah kawan” milik Tsubasa merevolusi cara pandang bocil-bocil 90-an. Saya masih ingat ketika itu para bocil terbelah dua. Bocil kekiri-kirian mendukung Hyuga. Anak mandiri bersepatu butut tanpa privilese yang mati-matian melawan dominasi kapitalisme dengan tendangan macan. Hyuga merupakan perwujudan proletar: pontang-panting main bola demi uang. Anak yang lain berada di kubu Tsubasa. Seorang anak dari keluarga mapan, putra dari nahkoda kapal laut yang gajinya puluhan kali di atas UMR Kabupaten Karawang, punya privilese sebagai murid dari mantan atlet profesional Roberto Hongo, dan tentu saja Tsubasa adalah seorang MC yang dilindungi plot armor oleh Yoichi takahashi.

Baca Juga

Lagi, Perumdam Tirta Tarum Karawang Raih BUMD Awards 2022

Demi Masa, Tak Cukup Disebut Juru Tulis

Wartawan Karawang dan Pandemi: Tetap Mengabarkan, Bukan Mengaburkan

Hari Pers Nasional 2022: Lebih Cepat Naik, Tidak Berarti Lebih Baik

Sudah itu saja. Pengetahuan saya di dunia sepakbola hanya sebatas Nankatsu menang 4-2 atas Meiwa. Sampai sekarang saya masih sulit mengerti mengapa ada orang yang mendukung AC Milan, atau Juventus, atau Persija, atau Persib, atau klub mana saja. Juga, mengapa ada orang yang mati-matian mencintai satu klub sampai mencabut nyawa pendukung klub lainnya. Apakah ini yang disebut “mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu” seperti kata Sapardi Djoko Damono? Apakah mencintai dengan sederhana seperti kayu membolehkan kita memukuli orang lain dengan kayu sampai jadi abu?

Kawan saya menjawab pertanyaan bodoh saya dengan pertanyaan lain. “Kenapa kamu menyukai Sheila on 7?”

Saya cinta mati Sheila on 7. Dalam banyak kesempatan saya selalu bilang begini: grup band di dunia ini cuma Sheila on 7, yang lain hanya main-main. Tentu saja ucapan semacam itu hanya keluar dari seorang pemuja. Kata “band” dan “Sheila on 7” boleh diganti dengan apa saja. Cabai dan tomat, misalnya. Atau Ahmad Basarah dan GMNI.

Para pemuja akan menerima seluruh kurang lebih pujaannya. Dalam kasus saya, saya akan terus memuja Sheila on 7 meski sampai sekarang album baru yang dijanjikan belum dirilis, meski Anton dan Sakti hengkang, meski Brian direkrut menggantikan Anton, meski dan lain-lain. Pun dengan kawan saya. Dia akan tetap memuja Laskar Jawara—julukan klub yang lahir tahun 1951 ini—meski banyak masalah.

Di mata para politisi, Persika hanya diingat dan dirayakan saat Pilkada. Mereka hanya melihat sepakbola sebatas angka-angka pemuja Persika di kotak suara. Hubungan Persika dan politisi bagaikan kekasih dengan peselingkuh. Kekasih memakan sepiring janji yang disajikan peselingkuh setiap hari. Tiap kali janji ditagih, kepala peselingkuh terbentur tembok keras. Mendadak lupa. Peselingkuh lalu pergi ke pelukan kekasih lain, berbahagia, namun sesekali kembali memeluk kekasih lama sambil menghidangkan janji-janji. Kekasih tahu ia sedang dibohongi, sialnya dunia ini sepenuhnya berada di dalam kendali para politisi. Kita tidak bisa apa-apa selain menerima begitu saja harapan kosong dari mereka.

Persika juga pernah ditangani pengusaha. Tidak tanggung-tanggung, Paytren di bawah komando Yusuf Mansur pernah mendanai Persika. Hasilnya sama saja. Rungkad, Siti.

Pagi tadi saya membaca tangkapan layar milik akun Instagram seorang presenter di media sosial Twitter. Tulis Ardes Goenawan, sepakbola Indonesia belum matang, banyak gaya, dan provokatif. Ia membubuhi kesimpulannya itu dengan argumen yang goyah.

Apa yang menyenangkan dari sepakbola? Masa kecil saya diisi dengan kenangan melatih tendangan jarak jauh Tsubasa bersama kawan-kawan, sesekali mempraktikkan jurus akrobat milik Tachibana bersaudara. Berlari, jatuh, bangkit, berlari, berlari lagi. Bila salah satu dari kami, tim lawan atau kawan, berhasil menyarangkan bola ke gawang, kami serentak bersenandung: ayo lihat semua, kapten kita datang! Kesenangan itu masih membekas sampai hari ini, membuat hati hangat tiap kali mengingatnya. Ardes bisa saja memutar kenangan ke masa kecilnya, melihat dirinya sendiri dalam versi lugu dan jujur tertawa mengejar bola bersama teman seusianya.

Sepakbola bagi kawan saya yang pemuja Persika itu bukan soal menang atau kalah. Sepakbola adalah kesenangan, kita membutuhkannya sebagai bekal menghadapi dunia yang penuh kemurungan ini. (Faizol Yuhri)

Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Lagi, Perumdam Tirta Tarum Karawang Raih BUMD Awards 2022
Tajuk Rencana

Lagi, Perumdam Tirta Tarum Karawang Raih BUMD Awards 2022

21 April 2022
Gedung Pemkab Disegel Mahasiswa: Tuntut Evaluasi Program Karawang Cerdas
Tajuk Rencana

Demi Masa, Tak Cukup Disebut Juru Tulis

28 Februari 2022
Wartawan Karawang dan Pandemi: Tetap Mengabarkan, Bukan Mengaburkan
Tajuk Rencana

Wartawan Karawang dan Pandemi: Tetap Mengabarkan, Bukan Mengaburkan

27 Februari 2022

Komentar

TERPOPULER

  • Satu Meninggal, Begini Kronologi Bentrok LSM di Karawang

    Satu Meninggal, Begini Kronologi Bentrok LSM di Karawang

    0 berbagi
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Polisi Ungkap Lima Tersangka Bentrok LSM, Tentara: Jangan Coba-coba Ganggu Keamanan

    0 berbagi
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Pengusaha Nasi Padang Gor Panatayuda Dibunuh Istri Pakai Jasa Pembunuh Bayaran

    0 berbagi
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Guru SD di Karawang Kulon Keguguran Diduga Karena Kekerasan Fisik dari Orangtua Murid

    0 berbagi
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Dua Anggota Ormas Diserang Orang tak Dikenal di Alun-alun, Satu Meninggal, Satu Kritis

    0 berbagi
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Tentang Kopipagi.ID
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Iklan & Kerjasama
  • Karir

© 2021 kopipagi.id. All rights reserved

Tidak ditemukan
Lihat semua hasil
  • Beranda
  • Iklan dan Kerjasama
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi Kopi Pagi
  • Telisik

© 2021 kopipagi.id. All rights reserved