KopiPagi.ID
  • Telisik
  • Tajuk Rencana
  • Tulisan Pembaca
  • Opini
  • Cerpen
  • Podcast
  • Telisik
  • Tajuk Rencana
  • Tulisan Pembaca
  • Opini
  • Cerpen
  • Podcast
Tidak ditemukan
Lihat semua hasil
KopiPagi.ID
Beranda Opini

Nyala dan Nyawa

Redaksi oleh Redaksi
28 Agustus 2021
A A
Nyala dan Nyawa
Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

Esai oleh: Blv

Wiji Thukul adalah salah satu aktivis yang hilang menjelang terjadinya reformasi pada Mei 1998, Wiji Thukul mengenalkan pada kita bagaimana caranya melawan penindasan, dia hadir menyuguhkan pembangkangan dalam bentuk karya sastra yang nyaris sulit kita temukan di masa sekarang ini. Mungkin kalian akan menemukan puisi-puisi lain dengan tema serupa yaitu pembangkangan tapi kalian tidak akan menemukan “nyawa” di situ.

Karya-karya Wiji Thukul merupakan salah satu yang berperan besar mengubah cara berpikir saya walaupun tidak saya eksekusi dengan baik. Puisi-puisi Wiji Thukul tidak seperti puisi-puisi biasa pada umumnya, puisinya lebih mirip seperti kutipan kabar yang berhasil membuat rezim kala itu kalang kabut dibuatnya.

Puisi-puisi Wiji Thukul memberikan deterrent effect yang sangat luar biasa, sehingga mampu menghipnotis pembacanya untuk menyelidiki kebenaran-kebenaran karya tulisnya. Dan bagi sebagian orang mungkin ada yang berpikir kenapa ada orang yang menulis seperti itu di tengah rezim kala itu yang otoriternya di luar nalar. Meski kala itu rezim orde baru sudah di ambang senja (pengujung 1996 dan awal 1997) tapi kekuatan mereka masih mencengkram kuat hampir di setiap sendi-sendi kehidupan. bagi anak muda di era Suharto yang dikebiri daya kritisnya sedemikian rupa oleh media dan institusi-institusi pendidikan yang ada sehingga mempercayai bahwa hanya ada satu versi kebenaran yang berlaku (kebenaran versi Orba), puisi Thukul adalah jelaga untuk melihat keluar.

Baca Juga

Hari Raya Akan Tiba, Mari Belanja Produk Kita Sendiri

Puncak Komedi, Belum Sebulan, Jembatan 10 Miliar Ambles

Nasi Uduk Monyet

Kehilangan Rusdi

Wiji Thukul memberikan contoh yang nyata, bagaimana dia mengubah kata-kata menjadi senjata. Dan dia pula yang mengubah perspektif saya bagaimana karya seni mampu melawan tameng dan bedil. Salah satu karyanya yang saya anggap paling brutal adalah puisi Masihkah Kau Membutuhkan Perumpamaan

 

Waktu aku jadi buronan politik

karena bergabung dengan Partai Rakyat Demokratik

namaku diumumkan di koran-koran

rumahku digrebek –biniku diteror

dipanggil Koramil diinterogasi diintimidasi

(anakku –4 th– melihatnya!)

masihkah kau membutuhkan perumpamaan

untuk mengatakan: AKU TIDAK MERDEKA

 

Puisi ini adalah puisi paling puitis bagi saya, dari bait-baitnya, kita bisa membayangkan serepresif apa rezim sehingga seorang penyair kehilangan perumpamaan. Thukul justru menggambarkan dengan jelas sepuitik apa momen hidupnya di era itu. Krisis ekonomi yang hadir sebagai konsekuensi dari pembangunanisme yang korup dan membuat orang-orang pinggiran seperti dirinya semakin tertindas. Melahirkan gerakan perlawanan yang semakin hari semakin membesar. Semakin direpresi semakin militan.

tahun ini genap 24 tahun Thukul menulis puisi “Catatan”-nya itu. Sekian lama pula ia tidak pulang. Hal penting yang harus selalu dicatat ketika membaca ulang puisinya dan mengenang sosok seorang Wiji Thukul adalah bagaimana kemudian melanjutkan perjuangannya. Karena segala hal yang ia dan rekan-rekannya lawan dahulu masih eksis hari ini dalam bentuk yang tak pernah jauh berbeda. Politik upah murah, perampasan lahan, penggusuran, fasisme tak pernah lenyap di halaman depan dan belakang republik ini. Mesin-mesin rakus yang ia ceritakan di puisinya tak pernah berhenti berekspansi dan memakan korban. Tembok yang ia lukiskan di mana benih-benih bunga harus tumbuh, masih angkuh berdiri.

——————————————————————————————————

Esai dan karya-karya lain yang dikirim pembaca dan dimuat tidak mewakili sikap redaksi.

 

Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Hari Raya Akan Tiba, Mari Belanja Produk Kita Sendiri
Opini

Hari Raya Akan Tiba, Mari Belanja Produk Kita Sendiri

26 April 2022
Soal Jembatan Rusak 10 Miliar, Eksekutif-Legislatif Kompak: Tidak Ada Masalah
Opini

Puncak Komedi, Belum Sebulan, Jembatan 10 Miliar Ambles

23 Januari 2022
Nasi Uduk Monyet
Cerpen

Nasi Uduk Monyet

10 Januari 2022

Komentar

TERPOPULER

  • Satu Meninggal, Begini Kronologi Bentrok LSM di Karawang

    Satu Meninggal, Begini Kronologi Bentrok LSM di Karawang

    0 berbagi
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Polisi Ungkap Lima Tersangka Bentrok LSM, Tentara: Jangan Coba-coba Ganggu Keamanan

    0 berbagi
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Pengusaha Nasi Padang Gor Panatayuda Dibunuh Istri Pakai Jasa Pembunuh Bayaran

    0 berbagi
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Guru SD di Karawang Kulon Keguguran Diduga Karena Kekerasan Fisik dari Orangtua Murid

    0 berbagi
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Dua Anggota Ormas Diserang Orang tak Dikenal di Alun-alun, Satu Meninggal, Satu Kritis

    0 berbagi
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Tentang Kopipagi.ID
  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Iklan & Kerjasama
  • Karir

© 2021 kopipagi.id. All rights reserved

Tidak ditemukan
Lihat semua hasil
  • Beranda
  • Iklan dan Kerjasama
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi Kopi Pagi
  • Telisik

© 2021 kopipagi.id. All rights reserved